1reservoir.com Curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah Jakarta menyebabkan Tanggul Baswedan di Jatipadang, Pasar Minggu, jebol.
Akibatnya, air dari Kali Penghubung (PHB) meluap dan membanjiri kawasan permukiman warga di sekitar bantaran kali.
Sebanyak lima Rukun Tetangga (RT) terdampak parah, dengan ketinggian air mencapai 40 sentimeter di beberapa titik.
Peristiwa itu membuat aktivitas warga terganggu.
Jalanan utama di kawasan Jatipadang berubah menjadi sungai kecil yang dipenuhi arus deras berwarna cokelat.
Sejumlah rumah terendam hingga ke ruang tamu, dan beberapa warga harus mengungsi sementara ke rumah kerabat di daerah lebih tinggi.
Menurut keterangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, banjir disebabkan oleh kombinasi antara curah hujan ekstrem, meluapnya Kali PHB, serta struktur tanggul yang melemah.
“Ketinggian air rata-rata 40 cm, penyebabnya karena curah hujan tinggi dan jebolnya tanggul,” ujar Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD DKI, M. Yohan, dalam laporan resminya.
Evakuasi Warga dan Respons Cepat Petugas
Petugas BPBD bersama TNI, Polri, dan relawan tanggap bencana langsung turun ke lokasi sejak pagi hari.
Mereka membantu mengevakuasi warga lanjut usia, anak-anak, serta ibu hamil dari kawasan terendam ke tempat penampungan sementara.
Posko darurat didirikan di halaman sekolah dan balai warga agar masyarakat terdampak bisa beristirahat dengan aman.
Selain menyediakan makanan siap saji dan air bersih, petugas juga mendirikan tenda medis untuk menangani warga yang mengalami gangguan kesehatan ringan.
Beberapa warga dilaporkan mengalami flu, demam, serta luka kecil akibat terjatuh saat menyelamatkan barang-barang rumah tangga.
Tim gabungan dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) juga segera melakukan pengecekan kondisi tanggul.
Dari hasil pemeriksaan awal, ditemukan adanya retakan panjang di sisi tanggul bagian timur yang menjadi sumber jebolnya dinding penahan air.
SDA DKI langsung menurunkan alat berat untuk menutup bagian tanggul yang rusak dengan karung pasir dan beton darurat agar aliran air tidak terus meluber ke permukiman warga.
Kondisi Warga Setelah Banjir
Meski air mulai surut pada sore hari, sebagian wilayah masih digenangi lumpur tebal dan sampah yang terbawa arus.
Warga bekerja sama membersihkan lingkungan sekitar dengan peralatan seadanya.
Sebagian besar rumah masih lembap, dan perabotan seperti kasur, karpet, serta lemari banyak yang rusak.
Salah satu warga, Siti Rahma, menceritakan bahwa air naik dengan cepat sekitar subuh.
Ia dan keluarganya terpaksa menyelamatkan diri hanya dengan pakaian yang melekat di badan.
“Airnya deras sekali, cuma lima belas menit langsung masuk rumah,” ujarnya.
Beberapa warga lain menuturkan bahwa tanggul di kawasan itu sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan sejak lama.
Mereka berharap pemerintah daerah melakukan perbaikan permanen, bukan sekadar penambalan sementara yang mudah rusak ketika hujan deras datang.
Analisis Penyebab dan Titik Rawan
Wilayah Jatipadang memang dikenal sebagai salah satu titik rawan banjir di Jakarta Selatan.
Kawasan ini berada di pertemuan dua aliran sungai kecil yang sering meluap saat curah hujan tinggi.
Selain itu, permukaan tanah di daerah tersebut cenderung lebih rendah dibanding wilayah sekitar, sehingga air mudah menggenang.
Faktor lain yang memperburuk kondisi adalah sampah yang menumpuk di saluran air.
Berdasarkan pantauan petugas, banyak tumpukan plastik dan dedaunan yang menyumbat pintu air kecil di sekitar tanggul.
Ketika hujan datang, air tidak bisa mengalir lancar dan akhirnya menekan struktur tanggul hingga jebol.
Pemerintah kota berencana memperkuat sistem drainase dengan menambah kapasitas pompa air dan memperlebar saluran pembuangan.
Langkah ini diharapkan dapat meminimalkan risiko banjir serupa pada musim hujan berikutnya.
Upaya Pemerintah dan Harapan Warga
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas SDA memastikan perbaikan tanggul dilakukan secara bertahap.
Selain menutup kerusakan darurat, tim juga akan membangun dinding penahan baru berbahan beton bertulang untuk menggantikan tanggul lama yang sudah rapuh.
“Pekerjaan perbaikan akan segera dimulai. Kami juga meminta warga di sekitar tanggul untuk waspada terhadap potensi banjir susulan,” kata Yohan.
Ia menambahkan bahwa BPBD tetap menyiagakan personel selama 24 jam untuk memantau perkembangan kondisi air.
Warga berharap agar kejadian serupa tidak terulang.
Mereka meminta agar peringatan dini dari aparat diperkuat, terutama pada musim hujan.
“Yang penting ada komunikasi cepat. Kalau tanggul retak, kami ingin diberitahu supaya bisa siap-siap,” ujar Abdul Karim, warga RT 03 yang rumahnya ikut terendam.
Pentingnya Edukasi Mitigasi Bencana
Kejadian ini kembali menjadi pengingat pentingnya mitigasi banjir di wilayah rawan.
Edukasi kepada warga tentang langkah cepat menghadapi banjir perlu terus dilakukan.
Mulai dari menyiapkan tas darurat, menyimpan dokumen penting di tempat tinggi, hingga memahami jalur evakuasi.
BPBD juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ke sungai dan aktif melapor jika melihat kerusakan pada tanggul atau saluran air.
Kesadaran kolektif antara warga dan pemerintah dinilai menjadi kunci agar peristiwa banjir akibat tanggul jebol tidak terus berulang setiap musim hujan.
Kesimpulan
Jebolnya Tanggul Baswedan di Jatipadang menambah daftar panjang tantangan penanganan banjir di Jakarta.
Meski air sudah surut dan perbaikan darurat dilakukan, peristiwa ini menjadi sinyal bahwa infrastruktur pengendali banjir perlu diperkuat.
Pemerintah, warga, dan lembaga kebencanaan harus terus bersinergi membangun sistem yang tangguh menghadapi bencana.
Sebab di tengah perubahan iklim dan curah hujan yang kian tak menentu, kesiapsiagaan menjadi kunci untuk melindungi keselamatan dan kehidupan masyarakat Jakarta.

Cek Juga Artikel Dari Platform medianews.web.id
