1reservoir – Baru-baru ini, Forum Orang Tua Siswa (FORSIS) di Jawa Barat (Jabar) mengeluarkan seruan tegas untuk menghentikan penerapan program Merdeka Belajar Generasi (MBG) di wilayah tersebut. Program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini bertujuan untuk memberikan kebebasan bagi siswa dalam mengeksplorasi dan memilih jalur pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Namun, banyak pihak yang merasa bahwa MBG justru membawa dampak negatif bagi perkembangan anak-anak di Jabar. Berikut adalah lima alasan utama yang diungkapkan oleh FORSIS dalam mendesak penghentian MBG di Jawa Barat.
1. Kualitas Pendidikan yang Menurun
Salah satu kekhawatiran utama yang diungkapkan oleh FORSIS adalah penurunan kualitas pendidikan akibat penerapan MBG. Dengan kebebasan yang lebih besar dalam memilih jalur pendidikan, banyak siswa yang kurang memahami atau terjebak dalam pilihan yang kurang tepat bagi perkembangan akademis mereka. Program MBG dianggap kurang memberikan panduan yang jelas mengenai standar akademis yang harus dicapai, sehingga mengurangi kemampuan siswa untuk bersaing di tingkat yang lebih tinggi. Kualitas pengajaran di sekolah-sekolah juga dilaporkan menjadi tidak konsisten, dengan berbagai kurikulum yang tidak terintegrasi dengan baik satu sama lain.
2. Ketidakmerataan Akses dan Fasilitas
Salah satu masalah lain yang dikeluhkan oleh orang tua adalah ketidakmerataan akses terhadap fasilitas pendidikan yang memadai. Di daerah-daerah tertentu di Jawa Barat, sekolah-sekolah tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mendukung pelaksanaan program MBG yang ideal. Tidak semua sekolah memiliki fasilitas dan tenaga pendidik yang dapat memenuhi tuntutan kurikulum baru yang lebih fleksibel ini. Akibatnya, siswa di daerah terpencil dan kurang berkembang seringkali tertinggal, dan kualitas pendidikan antara sekolah di kota besar dan di daerah jauh menjadi semakin timpang.
3. Beban Psikologis pada Siswa dan Orang Tua
Program MBG juga dikritik karena menambah beban psikologis baik pada siswa maupun orang tua. Siswa yang sebelumnya terbiasa dengan sistem pembelajaran yang lebih terstruktur, kini dihadapkan pada kebebasan memilih yang kadang membingungkan. Mereka harus memutuskan jalur pendidikan yang tepat dengan sedikit bimbingan, yang tidak jarang menambah kecemasan dan stres. Di sisi lain, orang tua merasa tertekan untuk selalu memantau pilihan anak mereka, mengingat pentingnya keputusan ini untuk masa depan akademis dan profesional anak mereka. Banyak orang tua yang merasa kurang mendapat informasi yang jelas mengenai MBG dan bagaimana cara terbaik mendukung anak-anak mereka dalam sistem ini.
4. Kurangnya Dukungan untuk Guru dan Tenaga Pendidik
Selain itu, implementasi MBG di Jawa Barat juga menghadapi masalah dalam hal kesiapan guru dan tenaga pendidik. Banyak guru yang belum sepenuhnya siap dengan kurikulum yang lebih fleksibel dan membutuhkan pelatihan yang lebih intensif agar bisa mengelola perubahan ini dengan efektif. Tanpa adanya dukungan yang memadai, para guru kesulitan untuk menyesuaikan metode pembelajaran mereka dengan prinsip-prinsip Merdeka Belajar yang mengedepankan kreativitas dan inovasi. Ketidakpastian mengenai evaluasi dan pengukuran hasil belajar juga menjadi tantangan besar dalam proses belajar mengajar di kelas.
5. Potensi Pengabaian Nilai-Nilai Tradisional dalam Pendidikan
Terakhir, beberapa orang tua khawatir bahwa MBG bisa mengarah pada pengabaian nilai-nilai tradisional yang telah menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dalam upaya untuk memberikan kebebasan lebih besar kepada siswa, dikhawatirkan bahwa karakter moral dan nasionalisme yang selama ini diajarkan di sekolah-sekolah akan tergerus. Pendidikan karakter dan rasa kebangsaan dianggap masih sangat penting untuk membentuk generasi penerus bangsa yang berintegritas dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, FORSIS meminta agar pendekatan yang lebih seimbang diterapkan dalam menjalankan MBG, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur yang telah menjadi fondasi pendidikan di Indonesia.
Meskipun MBG bertujuan untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi pengembangan potensi siswa, program ini juga menghadirkan berbagai tantangan dan permasalahan yang perlu diperhatikan dengan serius. Forum Orang Tua Siswa di Jawa Barat mendesak agar pemerintah mengevaluasi kembali pelaksanaan program ini, dengan memperhatikan keberagaman kondisi sekolah dan kesiapan berbagai pihak yang terlibat. Diharapkan, perubahan atau penghentian sementara MBG di Jabar dapat mengoptimalkan kualitas pendidikan tanpa mengabaikan kebutuhan dasar siswa, guru, dan orang tua. Program pendidikan yang baik adalah yang mampu menyeimbangkan kebebasan dan disiplin, serta mengutamakan pengembangan karakter dan kualitas akademik secara bersamaan.
