Skip to content
1reservoir
Menu
  • Sample Page
Menu

Parade Hadroh, Marawis, dan Qasidah Warnai Depok Literacy Festival: Perpaduan Seni, Religi, dan Literasi Budaya

Posted on November 7, 2025November 7, 2025 by admin

1reservoir.com Depok kembali menunjukkan semangatnya dalam menghidupkan budaya literasi yang inklusif melalui kegiatan Depok Literacy Festival. Tahun ini, acara tersebut semakin semarak dengan digelarnya Parade Hadroh, Marawis, dan Qasidah yang diikuti oleh 23 kelompok dari berbagai wilayah di Kota Depok.

Lapangan utama tempat pelaksanaan kegiatan dipenuhi oleh masyarakat yang antusias menyaksikan penampilan para peserta. Gemuruh tabuhan rebana, lantunan shalawat, serta gerak kompak para pemain menciptakan suasana penuh semangat dan kebersamaan.

Penanggung jawab kegiatan, Laits Assamarqandi Mufa, menjelaskan bahwa seluruh peserta merupakan warga Depok, terdiri dari gabungan anak-anak, remaja, dan orang dewasa. “Pesertanya campur, antara anak-anak dan dewasa. Hal ini membuat penampilan semakin beragam dan menarik karena masing-masing kelompok membawa ciri khas tersendiri,” ujarnya.

Menurut Laits, parade ini bukan hanya sekadar kompetisi, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap warisan budaya Islam yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Depok.


Ajang Seni Religi dan Kreativitas Masyarakat

Tiga kategori utama dilombakan dalam ajang ini, yaitu Hadroh, Marawis, dan Qasidah. Setiap kelompok menampilkan kemampuan terbaik mereka dalam menggabungkan unsur musik Islami dengan kreativitas koreografi dan kekompakan vokal.

Pertunjukan berlangsung meriah dengan nuansa religi yang kuat. Alunan lagu-lagu pujian dan iringan tabuhan rebana menggema, membangkitkan semangat spiritual sekaligus mempererat rasa kebersamaan antarwarga.

“Melalui parade ini, kami ingin menunjukkan bahwa seni religius seperti hadroh, marawis, dan qasidah tetap hidup di tengah modernitas. Tradisi ini menjadi bagian dari identitas masyarakat Depok yang religius sekaligus kreatif,” tambah Laits.

Selain menjadi sarana hiburan, kegiatan ini juga berfungsi sebagai wadah edukasi. Generasi muda diajak untuk memahami bahwa literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang melestarikan nilai budaya dan spiritualitas melalui seni.


Apresiasi bagi Para Peserta dan Pemenang

Untuk menambah semangat peserta, panitia menyediakan hadiah berupa uang pembinaan dan piagam penghargaan. Pemenang dibagi dalam empat kategori: Juara 1, Juara 2, Juara 3, dan Juara Favorit.

Penilaian dilakukan oleh juri yang berpengalaman di bidang seni musik Islami dan budaya lokal. Aspek yang dinilai mencakup teknik vokal, kekompakan, kostum, kreativitas aransemen, serta kemampuan dalam menampilkan pesan moral melalui lagu-lagu Islami.

Salah satu peserta dari kategori qasidah mengungkapkan rasa bangganya bisa tampil dalam ajang sebesar ini. “Kami senang sekali bisa ikut serta. Selain menambah pengalaman, acara ini juga mempererat hubungan antar kelompok dari berbagai wilayah Depok,” katanya.

Kehadiran peserta anak-anak pun menjadi perhatian tersendiri. Dengan semangat dan keberanian, mereka tampil di atas panggung sambil membawakan shalawat dengan penuh penghayatan. Suasana ini menambah nilai positif, menunjukkan bahwa semangat religius bisa ditanamkan sejak usia dini melalui kegiatan seni dan budaya.


Literasi yang Menyentuh Aspek Sosial dan Budaya

Depok Literacy Festival tahun ini tidak hanya menekankan pada kegiatan literasi akademis seperti membaca dan menulis. Konsepnya diperluas menjadi literasi budaya dan sosial, di mana masyarakat diajak memahami pentingnya seni dan tradisi sebagai bentuk literasi yang memperkaya kehidupan bersama.

Melalui kegiatan seperti parade hadroh, marawis, dan qasidah, festival ini membuktikan bahwa literasi bisa menjadi jembatan untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Musik dan seni menjadi bahasa universal yang menghubungkan berbagai kalangan, tanpa memandang usia maupun latar belakang sosial.

“Depok adalah kota yang religius sekaligus dinamis. Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin menanamkan kesadaran bahwa literasi adalah bagian dari pembangunan karakter masyarakat,” ujar Laits menegaskan.

Menurutnya, literasi budaya yang hidup di tengah masyarakat harus dijaga dan diwariskan. Nilai-nilai religius, toleransi, serta gotong royong yang tercermin dalam seni Islami menjadi modal sosial yang kuat untuk membangun karakter generasi penerus.


Wujud Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat

Kesuksesan kegiatan ini tidak terlepas dari kolaborasi berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, komunitas seni religi, hingga organisasi masyarakat. Pemerintah Kota Depok berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan yang memperkuat nilai budaya dan spiritual warga.

Bagi panitia, kegiatan ini juga menjadi langkah awal untuk mengembangkan Depok Literacy Festival sebagai agenda tahunan berskala lebih besar. Harapannya, acara ini dapat menarik lebih banyak peserta dari berbagai daerah serta melibatkan komunitas lintas disiplin untuk memperkaya konsep literasi di masa depan.

“Festival ini bukan hanya milik panitia, tapi milik seluruh masyarakat Depok. Semua warga berhak berpartisipasi dan menikmati kebersamaan dalam nuansa seni dan budaya,” pungkas Laits.


Semangat Literasi yang Hidup di Tengah Masyarakat

Dengan suksesnya parade Hadroh, Marawis, dan Qasidah, Depok kembali menegaskan dirinya sebagai kota yang mampu menjaga harmoni antara modernitas dan nilai-nilai tradisi. Masyarakat tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya secara spiritual dan sosial.

Parade ini menjadi bukti bahwa literasi sejati bukan hanya tentang kata-kata tertulis, melainkan tentang bagaimana masyarakat memahami, merasakan, dan mengekspresikan kehidupan melalui seni, budaya, dan kebersamaan.

Cek Juga Artikel Dari Platform medianews.web.id

Archives

  • November 2025
  • October 2025
  • September 2025

Categories

  • Internasional
  • Nasional
  • Uncategorized
  • Viral
©2025 1reservoir | Design: Newspaperly WordPress Theme